TEMPO.CO, Jakarta -Pengembangan Bandara Internasional Kualanamu di Sumatera Utara membutuhkan modal senilai Rp 56 triliun hingga 25 tahun mendatang. Pengembangan tersebut untuk meningkatkan jumlah penumpang dari total 10,5 juta orang per tahun pada 2018 menjadi 54 juta pada 2047 yang berasal dari pergerakan domestik dan internasional.
“Untuk mencapai itu, kami akan fokus menambah rute baru dari India, sub-continent India, dan Asia sambil meningkatkan konektivitas Kota Medan,” ujar Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Haris saat ditemui di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, Kamis, 30 Desember 2021.
Modal akan dipakai untuk mengembangkan infrastruktur bandara yang meliputi pembangunan landasan pacu atau runway baru, perluasan terminal, dan penambahan fasilitas utama bandara. Selain itu, perusahaan bakal memperluas kerja sama bandara dengan mitra maskapai asing guna meningkatkan konektivitas.
Investasi, Haris melanjutkan, juga diperlukan untuk mengembangkan area komersial yang berbasis aero-city. “KNO akan menjadi bandara dengan konsep aero city melalui know-how transfer,” ujar Haris.
Untuk memenuhi kebutuhan bisnis non-penumpang, Angkasa Pura Aviasi pun berencana membangun infrastruktur yang memudahkan penerbangan kargo. Pengembangan operasional bisnis kargo menjadi salah satu fokus lantaran sejak pandemi Covid-19, tren pengiriman barang melalui maskapai penerbangan meningkat.
Adapun pengembangan Bandara Kualanamu dibagi menjadi empat tahap selama masa konsesi 25 tahun. Tahap pertama, pengembangan bandara membutuhkan investasi Rp 8 triliun. Investasi akan terlaksana pada 2025-2027.
Pada tahap ini, pengelola bandara menargetkan adanya peningkatan jumlah penumpang sampai 17 juta dengan kapasitas maksimal terminal 20 juta orang. Pada tahap kedua, dibutuhkan investasi senilai Rp 7 triliun yang akan terealisasi pada 2028-2031.